Sabtu, 19 September 2009

I,Robot & IMK Apa Hubungannya?

Seputar Film

Film I, Robot disutradari Alex Proyas asal Australia. Diangkat dari buku berjudul sama karya penulis Rusia, Isaac Asimov, film ini adalah film fiksi ilmiah dengan latar Chichago, Amerika Serikat pada 2035. Ceritanya tentang sepak terjang seorang detektif dalam mengungkap sebuah kasus pembunuhan. Smith berperan sebagai Del Spooner, detektif yang menyelidiki benar tidaknya sebuah robot menjadi pembunuh seorang ilmuwan pakar robot. Spooner juga harus mengungkapkan alasan robot yang diciptakan bukan untuk menyakiti manusia itu bisa berbuat kejam.

Pada film ini diceritakan mengenai kemajuan teknologi robot. Dengan setting waktu tahun 2035, kecanggihan teknologi robot dikisahkan memiliki 3 hukum, yaitu robot tidak boleh membunuh atau melukai manusia, robot harus mematuhi perintah manusia sepanjang tidak menyalahi aturan pertama, dan robot harus melindungi dirinya sendiri selama tidak melanggar aturan satu dan dua.

Film ini menceritakan sebuah perusahaan USR ( US Robotic) yang memproduksi robot untuk kebutuhan manusia. USR memiliki alat canggih yang dinamakan dengan VIKI. VIKI dirancang sebagai system perlindungan. Bisa dikatakan VIKI merupakan otak dari system robot yang diciptakan. Selain itu dikenal pula istilah nanite, berbentuk seperi cairan di dalam tabung, jika disuntikan ke otak system akan mempengaruhi semua system yang ada.

Dalam ceritanya, terdapat human error dalam pembuatan robot NS5, dimana robot-robot tersebut diciptakan untuk melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan. Sehingga munculah robot-robot perusak profesional yang sangat tidak patuh pada manusia. Untuk memperbaiki system tersebut, VIKI harus dihancurkan, dan cairan nanite harus disuntikan ke otaknya.

"I, Robot" menggunakan teknik visual yang paling spektakuler sehingga menjadikan robot terlihat lebih hidup. Cyborg adalah salah satu hasil rekayasa manusia dengan menggunakan teknologi canggih.


Hubungan dengan IMK

Cyborg yang sempat dibahas sembelumya, dibuat digerakkan seperti manusia secara real. Aplikasi dari cyborg munculnya film–film dengan menggambarkan suasana masa depan . Teknologi inilah yang menjadi dasar impian manusia tidak hanya mimpi saja, tapi sebuah presentasi yang dipaparkan secara detail oleh para sutradara dan produser film mencoba mengajak manusia menginjak realitas masa depan.


Film I Robot memaparkan bagaimana hubungan robot dan manusia, dimana peran manusia tergantikan peran robot, karena kesalahan manusialah robot bisa melawan manusia.


Teknologi robot dan system digital yang diciptakan oleh manusia bisa sangat membantu mempermudah pekerjaan manusia seperti dalam film tersebut. Namun, bisa juga sangat merugikan manusia, dan merusak kehidupan manusia jika terjadi kekacauan pada system. Selain itu dampak dari segi social ekonomi, teknologi tersebut dapat menambah pengangguran, dan mengurangi interaksi sesama manusia karena semua pekerjaan telah dilakukan oleh robot sehingga berkurangnya rasa saling ketergantungan sesama manusia.


Oleh karena itu, meskipun kemajuan teknologi telah sangat memudahkan segalanya, tetap perlu ada cara-cara alami /manual yang perlu dilakukan. Dengan maksud,ketika sistem dari teknologi tersebut error, kita tidak perlu kehilangan keseimbangan hidup kita.



Rabu, 16 September 2009

Diakah Orang yang Tepat Untukku?

Sisihkan waktu untuk mengisi kuis berikut ini:
Hal-hal apa yang sekarang kamu anggap penting untuk dimiliki calon suami atau istri? Pada daftar di bawah ini, berilah tanda • di sebelah empat hal yang kamu anggap paling penting.
□ Ganteng atau cantik □ Berpikiran rohani
□ Ramah □ Dapat dipercaya
□ Populer □ Bermoral
□ Kocak □ Berkemauan tinggi
Sewaktu usiamu lebih muda, pernahkah kamu menaksir seseorang? Pada daftar di atas, berilah tanda × di sebelah satu hal yang kamu anggap paling menarik pada waktu itu.
TIDAK ada yang salah dengan semua sifat di atas. Masing-masing ada daya tariknya. Namun, tidakkah kamu setuju bahwa sewaktu kamu terbuai cinta monyet, kamu biasanya hanya memikirkan sifat-sifat yang lebih dangkal, seperti yang terdapat di kolom kiri?
Namun, seraya kamu makin dewasa, kamu mulai menggunakan daya persepsi untuk melihat hal-hal yang lebih dalam, seperti yang terdapat di kolom kanan. Misalnya, kamu mulai sadar bahwa gadis paling imut-imut di dekat rumahmu mungkin tidak begitu dapat dipercaya atau anak lelaki paling populer di kelas mungkin tidak bermoral. Jika kamu sudah melewati mekarnya masa remaja, kemungkinan besar kamu tidak akan sekadar melihat hal-hal yang dangkal untuk menjawab pertanyaan, ”Diakah orang yang tepat untukku?”
Kenali Dirimu Dulu
Sebelum dapat memikirkan orang yang tepat untukmu, kamu perlu mengenal dirimu dengan baik. Untuk lebih mengenal dirimu, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Apa kelebihanku? …………………………
Apa kekurangan atau kelemahanku? …………………………
Apa kebutuhan emosi dan rohaniku? …………………………
Mengenal diri sendiri bukanlah tugas mudah, tetapi pertanyaan-pertanyaan seperti di atas bisa kamu jadikan langkah awal. Semakin kamu mengenal dirimu, semakin kamu dibekali untuk menemukan orang yang dapat mengembangkan kelebihanmu dan bukannya kekuranganmu. Bagaimana jika kamu merasa sudah menemukan orang yang tepat?
Apakah Siapa Saja Cocok?
”Bolehkah aku mengenalmu lebih jauh?” Pertanyaan itu akan membuatmu bergidik atau melompat kegirangan—bergantung siapa yang bertanya. Andaikan kamu menjawab ya. Seraya waktu berjalan, bagaimana kamu bisa tahu apakah pacarmu orang yang tepat untukmu?
Katakanlah kamu mau membeli sepasang sepatu baru. Kamu pergi ke toko dan menemukan sepatu yang kelihatannya bagus. Kamu mencobanya, tetapi—sayang sekali—sepatu itu ternyata terlalu sempit. Apa yang akan kamu lakukan? Tetap membelinya? Atau, mencari yang lain? Jelas, lebih baik mengembalikan sepatu itu dan mencari yang lain. Tidaklah masuk akal untuk memakai sepatu yang tidak pas!
Halnya serupa dengan memilih teman hidup. Selama suatu jangka waktu, kamu mungkin tertarik dengan lebih dari satu lawan jenis. Tetapi, tidak semuanya pas untukmu. Bukankah yang kamu inginkan adalah seseorang yang membuatmu merasa nyaman—seseorang yang benar-benar cocok dengan kepribadian dan cita-citamu? (Kejadian 2:18; Matius 19:4-6) Sudahkah kamu menemukan orang seperti itu? Jika ya, bagaimana kamu bisa tahu apakah dia orang yang tepat untukmu?
Jangan Hanya Lihat Luarnya
Untuk menjawab pertanyaan terakhir tadi, pandanglah temanmu dengan objektif. Namun, hati-hatilah! Kamu mungkin cenderung melihat apa yang ingin kamu lihat. Karena itu, jangan terburu-buru. Berupayalah mengenali sifat asli temanmu. Untuk itu, perlu upaya. Tetapi, itu wajar. Sebagai contoh: Bayangkan kamu ingin membeli sebuah mobil. Seberapa cermatkah kamu akan menelitinya? Apakah kamu akan memperhatikan luarnya saja? Bukankah masuk akal untuk melihatnya lebih dekat—barangkali mengetahui sebanyak mungkin tentang kondisi mesinnya?
Mencari teman hidup jauh lebih serius daripada memilih mobil. Namun, banyak orang yang berpacaran tidak melihat lebih dalam. Malah, mereka cepat-cepat menunjukkan kesamaan mereka: ’Kami suka jenis musik yang sama.’ ’Kami senang melakukan kegiatan yang sama.’ ’Kami sepakat dalam semua hal!’ Namun, seperti disebutkan sebelumnya, jika kamu sudah benar-benar melewati mekarnya masa remaja, kamu melihat lebih daripada hal-hal lahiriah. Kamu melihat perlunya memahami ”manusia batiniah yang tersembunyi”.—1 Petrus 3:4; Efesus 3:16.
Misalnya, daripada berfokus pada banyaknya kesamaan kalian, kamu mungkin bisa belajar lebih banyak tentang dia dengan melihat apa yang terjadi sewaktu kalian berbeda pendapat. Dengan kata lain, bagaimana dia menangani konflik—apakah dia suka memaksakan kehendak, mungkin dengan ”ledakan kemarahan” atau ”cacian”? (Galatia 5:19, 20; Kolose 3:8) Atau, apakah dia bersikap masuk akal—rela mengalah demi perdamaian apabila tidak menyangkut soal prinsip?—Yakobus 3:17.
Faktor lain untuk dipertimbangkan: Apakah dia manipulatif, posesif, atau pencemburu? Apakah dia harus tahu semua gerak-gerikmu? ”Aku pernah dengar ada pasangan yang bertengkar gara-gara yang satu marah besar karena pacarnya lupa ’melapor’,” kata Nicole. ”Menurutku, itu pertanda buruk.”—1 Korintus 13:4.
Hal-hal yang diungkapkan di atas berfokus pada kepribadian dan sikap. Namun, kamu juga perlu tahu reputasi temanmu. Bagaimana pandangan orang lain tentang dia? Kamu mungkin bisa berbicara kepada orang yang telah cukup lama mengenalnya, seperti orang-orang yang matang di sidang. Dengan demikian, kamu akan tahu apakah dia ”dilaporkan baik”.—Kisah 16:1, 2.
Mungkin, banyak yang akan terungkap jika kamu menuliskan hasil pengamatanmu tentang apakah temanmu memenuhi syarat dalam bidang-bidang yang kita bahas sejauh ini.
Kepribadian …………………………
Tingkah laku …………………………
Reputasi …………………………
Kamu juga akan mendapat manfaat dengan melihat kotak ”Apakah Dia Bakal Jadi Suami yang Baik Untukku?” di halaman 39 atau ”Apakah Dia Bakal Jadi Istri yang Baik Untukku?” di halaman 40. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan membantumu menentukan apakah temanmu akan menjadi suami atau istri yang cocok untukmu.
Bagaimana jika setelah memikirkan soal ini, kamu menyimpulkan bahwa dia bukan orang yang tepat untukmu? Jika demikian, kamu menghadapi pertanyaan yang serius ini:
Apakah Kami Sebaiknya Putus?
Kadang-kadang, memutuskan hubungan ada manfaatnya. Perhatikan pengalaman Jill. ”Pada mulanya,” kata Jill, ”aku senang karena pacarku selalu peduli di mana aku berada, apa yang aku lakukan, dan aku sedang bersama siapa. Tapi, lama-lama aku tidak bisa menggunakan waktu bersama orang lain lagi kecuali dia. Dia bahkan cemburu jika aku menggunakan waktu bersama keluargaku—khususnya ayahku. Sewaktu aku mengakhiri hubungan itu, aku merasa seolah-olah beban yang berat terangkat dari bahuku!”
Sarah mempunyai pengalaman yang serupa. Ia mulai memperhatikan bahwa pacarnya, John, suka mengejek, suka menuntut, dan kasar. ”Suatu kali,” kenang Sarah, ”dia tiga jam terlambat sampai di rumahku! Dia tidak menyapa ibuku ketika Ibu membukakan pintu, lalu dia mengatakan, ’Ayo berangkat. Kita terlambat.’ Bukannya ’Aku terlambat’, tetapi ’Kita terlambat’. Dia seharusnya meminta maaf atau menjelaskan mengapa dia terlambat. Yang lebih penting lagi, dia seharusnya merespek ibuku!” Tentu saja, satu tindakan atau sikap yang mengecewakan tidak berarti hubungan sudah tamat. (Mazmur 130:3) Tetapi, ketika sadar bahwa John terbiasa, dan bukan hanya sekali itu saja, bersikap kasar, Sarah memutuskan untuk mengakhiri hubungan.
Bagaimana seandainya, seperti Jill dan Sarah, kamu memutuskan bahwa orang yang menjadi pacarmu tidak cocok menjadi suami atau istrimu? Jika demikian, jangan abaikan perasaanmu! Walaupun sulit menerima kenyataan ini, mungkin lebih baik mengakhiri hubungan. Amsal 22:3 mengatakan, ”Cerdiklah orang yang melihat malapetaka kemudian menyembunyikan diri.” Andaikan, misalnya, temanmu menunjukkan satu atau lebih tanda bahaya yang tertera di halaman 39 dan 40, lebih baik kalian putus—setidaknya sampai problemnya dikoreksi. Memang, memutuskan hubungan tidaklah mudah. Tetapi, perkawinan adalah ikatan yang permanen. Lebih baik sedih sebentar sekarang daripada menderita dan menyesal seumur hidup!
Cara Memutuskan Hubungan
Bagaimana caranya memutuskan hubungan? Pertama, pilihlah situasi yang tepat untuk berbicara. Apa maksudnya? Nah, pikirkan bagaimana kamu ingin diperlakukan dalam situasi seperti ini. (Matius 7:12) Apakah kamu mau hal itu diumumkan di depan orang lain? Kemungkinan besar tidak. Kecuali tidak ada cara lain, sebaiknya jangan memutuskan hubungan melalui mesin penjawab telepon, sms, atau e-mail. Sebaliknya, pilihlah waktu dan tempat yang memungkinkan kamu membahas soal yang serius ini.
Jika sudah tiba waktunya, apa yang harus kamu katakan? Rasul Paulus mendesak orang Kristen untuk ’berkata benar’ satu sama lain. (Efesus 4:25) Maka, cara yang terbaik adalah berbicara dengan bijaksana namun tegas. Nyatakan dengan jelas mengapa kamu merasa bahwa hubungan ini tidak bisa diteruskan. Kamu tidak perlu membacakan daftar kesalahan atau mengkritiknya habis-habisan. Malah, daripada mengatakan, ”Kamu tidak” melakukan ini atau ”Kamu tidak pernah” melakukan itu, lebih baik menggunakan pernyataan yang berfokus pada perasaanmu—”Aku butuh orang yang . . . ” atau ”Aku rasa hubungan kita sampai di sini saja karena . . . ”
Ini bukan saatnya berbasa-basi atau mengikuti pendapat orang lain. Ingatlah, kamu sudah memilih untuk putus hubungan karena alasan yang serius. Jadi, berhati-hatilah jika dia berupaya membuatmu berubah pikiran dengan menggunakan bentuk-bentuk manipulasi yang halus. ”Setelah aku memutuskan hubungan,” kata seorang wanita muda bernama Lori, ”bekas pacarku terus berlagak seperti orang yang depresi. Aku rasa ia melakukannya agar aku kasihan kepadanya. Aku memang jadi merasa tidak enak. Tapi, aku tidak membiarkan reaksinya mengubah keputusanku.” Seperti Lori, tetapkan keinginanmu. Berpeganglah pada keputusanmu. Biarlah tidak yang kamu katakan berarti tidak.—Yakobus 5:12.
Sesudah Putus
Jangan heran jika kamu gundah gulana selama beberapa waktu setelah putus. Kamu bahkan mungkin merasa seperti pemazmur yang mengatakan, ”Aku menjadi kalut, aku sangat terbungkuk-bungkuk; sepanjang hari aku berjalan dengan sedih.” (Mazmur 38:6) Beberapa teman yang bermaksud baik mungkin mencoba membantu dengan menganjurkan kamu untuk menyambung hubungan lagi. Berhati-hatilah! Kamulah yang akan menanggung akibat keputusanmu—bukan teman-temanmu yang bermaksud baik. Jadi, jangan takut untuk tetap teguh—meskipun kamu mungkin merasa sedih dengan apa yang kamu alami.
Yakinlah bahwa, akhirnya, kepedihanmu akan berlalu. Sementara itu, cobalah mengambil langkah-langkah yang positif, seperti berikut ini, untuk mengatasi situasi itu.
Nyatakan perasaanmu kepada orang yang dapat dipercaya. (Amsal 15:22). Berdoalah kepada Yehuwa tentang masalah itu. (Mazmur 55:22) Tetaplah sibuk. (1 Korintus 15:58) Jangan menyendiri! (Amsal 18:1) Segeralah bergaul dengan orang-orang yang akan menguatkan kamu. Berjuanglah agar pikiranmu tetap pada hal-hal yang positif.—Filipi 4:8.
Di kemudian hari, kamu pasti akan menemukan teman yang baru. Tidak diragukan, kamu akan memiliki sudut pandang yang jauh lebih seimbang. Mungkin, pada waktu itu, jawabanmu untuk pertanyaan ”Diakah orang yang tepat untukku?” adalah ya!