Senin, 23 November 2009

IT dan Hukum – Teman atau Lawan?

Pada abad ini banyak orang menyebut era baru yaitu era globalisasi dimana zaman sudah mulai maju dan berkembang pesat. Teknologi informasi menjadi sorotan terdepan dalam setiap segi kehidupan dan profesi. Teknologi informasi seolah membaur dalam kegiatan manusia. Baik kegiatan perindustrian, perbankkan, layanan kesehatan, instansi pendidikan, hokum, bahkan kegiatan rumah tangga kini melibatkan teknologi informasi.

Kemajuan teknologi informasi juga digunakan oleh instansi pemerintahan dalam bidang penegakkan hukum. Misalnya kepolisian memiliki alat detector untuk mendeteksi kebohongan. Alat ini digunakan untuk melihat tingkat kebenaran atas keterangan atau informasi yang telah diutarakan oleh tersangka atau saksi dalam menjawab semua pertanyaan yang ada.

Adapula KPK memiliki alat penyadap telepon, sehingga apapun yang dibicarakan oleh para pejabat akan terekam dan menjadi bukti kuat atas apa yang telah dilakukan dalam pembicaraan tersebut. Kelihatannya mungkin tidak etis bagi pihak-pihak tertentu, tapi ini sudah dimiliki wewenang penuh oleh KPK. Teknologi lain yang belakangan ini menjadi bukti adalah kamera CCTV. Melalu kamera CCTV yang di letakkan tersembunyi tanpa sepengetahuan orang tersebut, maka akan terlihat apa saja yang dilakukan.

Melalui adanya teknologi-teknologi semacam ini menjadi sumber informasi yang akurat dalam menjerat orang-orang yang terlibat dalam perbuatan yang salah. Hal ini terbukti cukup membantu, contohnya ada banyak koruptor yang tertangkap dan terbukti bersalah karena didukung oleh informasi yang terekam baik itu dalam penyadapan telepon maupun camera CCTV.

Kini dengan terlibatnya teknologi informasi penegakan hukum dalam semakin jelas dan terbuka, teknologi informasi menjadi bukti yang autentik. Siapapun bahkan rakyat tidak lagi bisa menjadi bulan-bulan pembualan para pejabat pemerintah atau orang-orang yang terlibat dalam tindak kecurangan.

Semoga semakin majunya teknologi dapat mendukung semakin tegaknya sebuah keadilan dan semakin terbukanya sebuah kebenaran. Sehingga, tidak akan muncul sebuah rekayasa-rekayasa lain.

PAHLAWAN MASA KINI-DAPATKAH ANDA?

Ketika mendengar kata “Pahlawan” apa yang terlintas dalam benak Anda? Ada banyak yang menyimpulkan pahlawan adalah seorang yang sangat berjasa atas perbuatan yang telah ia lakukan disertai dengan rela berkorban. Mendengar kata pahlawan kita teringat akan tanggal 10 November yang khusus diproklamirkan sebagai hari Pahlawan Nasional. Banyak yang berharap pada tanggal tersebut masyarakat mengingat kembali apa yang sudah dilakukan oleh para pahlawan pada masa sulit untuk melawan penjajahan. Kini pertanyaannya, dapatkan Anda menyebutkan nama pahlawan dan apa yang telah ia lakukan? Jika ya, berapa banyak yang dapat Anda sebutkan? Tentunya jumlah tersebut takkan sebanding dengan jumlah aslinya.

Dewasa ini kebanyakan orang yang tidak mengingat lagi orang-orang yang telah memiliki andil besar atas yang terjadi sekarang. Makna seorang pahlawan sirna seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa disebabkan kurangnya kepedulian satu sama lain.

Kata pahlawan tak terbatas diberikan hanya kepada orang-orang yang terlibat dalam sebuah peperangan negara. Kini walaupun kita sudah tidak lagi dijajah oleh bangsa lain, secara tidak sadar kita cenderung dijajah oleh pikiran dan keadaan diri kita sendiri, tanpa ada keinginan untuk maju menjadi yang lebih baik. Namun tentunya tidak semua orang seperti itu, tentunya masih ada orang-orang yang ingin membuat dirinya dan orang disekitarnya maju. Misalnya, ada kisah seorang wanita yang memiliki pendidikan tinggi, ia rela bertugas ke daerah pelosok hanya karena ia ingin memberantas buta huruf. Mungkin Anda berpikir bahwa untuk menjadi pahlawan seperti itu terlalu sulit, Anda tidak perlu berkecil hati.

Jika ada pertanyaan sadarkah Anda ada suami/ istri/ orangtua/ kerabat/ sahabat atau orang terdekat Anda lainnya yang menjadi seolah-olah pahlawan atau orang yang berjasa selama kehidupan Anda? Ya siapapun bisa menjadi pahlawan tanpa disadari Anda dan saya pun bisa. Pahlawan tidak dilihat dari skala berapa banyak yang telah dibantu, tapi dilihat dari apa yang sudah ia lakukan.

Setelah mengetahui ada banyak orang yang dapat menjadi pahlawan bagi orang-orang terdekat atau bahkan negara, kini pertanyaannya apa yang dapat Anda lakukan bagi orang lain sehingga Anda bisa juga menjadi orang yang berjasa dalam kehidupan orang lain?

Kalimat-kalimat

5 Kalimat yang baik dan benar:

- Wartawati itu mencatat hasil wawancara dengan cepat, singkat dan tepat.

- Wartawan itu mendengarkan baik-baik apa yang disampaikan oleh narasumber.

- Presiden menyesalkan persembunyian koruptor itu.

- Mahasiswa semester enam berlomba-lomba mengerjakan penulisan ilmiah.

- Masyarakat menyalurkan bantuan untuk korban gempa Sumatera.

5 kalimat benar tapi tidak baik:

- Bapak/ Ibu dan para hadirin yang saya hormati dipersilahkan memasuki ruangan yang telah disediakan.

Ket: pada kalimat tersebut terdapat penggunaan kata yang tidak perlu, pada kata Bapak/ Ibu dan para hadirin cukup menggunakan kata hadirin sudah mencakup keseluruhan.

- Kepada Bapak walikota waktu dan tempat kami persilahkan.

Penggunaan kata yang tidak perlu terdapat pada kalimat diatas. Jika pada kata waktu dan tempat tidak digunakan hasilnya akan lebih baik.

- Polisi menemui tersangka utama pencurian yang selama ini menjadi buronan.

kalimat tersebut terdapat penggunakan kata yang kurang tepat, kata menemui lebih tepat digunakan kata menagkap atau meringkus.

- Kedinginan udara membuat kita harus berpakaian tebal.

kalimat tersebut terdapat penggunakan kata yang kurang tepat, kata kedinginan lebih tepat digunakan kata dinginnya.

- Dalam acara upacara peringatan kemerdekaan RI dihadiri juga oleh mantan pejabat pemerintahan.

pada kalimat tersebut terdapat penggunakan kata yang tidak perlu, pada kata dalam dan juga tidak perlu digunakan.

Ragam Lisan:

- Lagi ngapain?

- Jangan suka ngebantah omongan orangtua.

- Dodo ditegur sama Pak guru gara-gara ketahuan nyontek.

Ragam Tulis:

- Sedang apa?

- Jangan suka membantah nasehat orangtua.

- Dodo ditegur oleh Pak guru karena ketahuan menyontek.

Ragam Baku:

- Ibu sangat khawatir saat adik terlambat pulang ke rumah.

- Produsen kain sutera sedang mengalami peningkatan pemesanan.

- Panelis itu memaparkan materi pembahasan dengan terampil.

- Kakak senang melakukan olah raga yang ekstrim.

- Nenek membeli obat di apotek.

Ragam Tidak Baku:

- Ibu sangat kuatir saat adik terlambat pulang ke rumah.

- Produsen kain sutra sedang mengalami peningkatan pemesanan.

- Panelis itu memaparkan materi pembahasan dengan trampil.

- Kakak senang melakukan olah raga yang ekstrem.

- Nenek membeli obat di apotik.

Kalimat Ambigu:

Museum perangko lama dikunjungi pelajar.

Makna : - Museum lama, tempat penyimpanan perangko, dikunjingi pelajar.

- Museum, tempat menyimpan perangko lama, dikunjungi pelajar.

Kalimat Seragam:

- Tuna rungu, penderita keterbatasan pendengaran/ tuli.

- Tuna daksa, penderita keterbatasan fisik/ lumpuh.

- Tuna wicara, penderita keterbatasan bicara/ bisu.

- Tuna netra, penderita keterbatasan penglihatan/ buta.

Kalimat:

- Anak-anak tuna rungu banyak yang sudah pandai berbahasa isyarat.

- Yayasan tuna daksa Indonesia mengadakan acara pagelaran seni.

- Walaupun tanteku seorang tuna wicara bukan berarti ia tak mempu berkarya.

- Banyak para tuna netra yang mampu menjadi seorang yang mahir dibidang teknologi.

Sabtu, 21 November 2009

SINOPSIS - Tiada yang Terindah Kecuali Maaf

       Cerpen berjudul “Tiada yang Terindah Kecuali Maaf” menceritakan bagaimana kisah persahabatan yang sudah terjalin erat sekian lama hilang begitu saja maknanya, tercoreng bersama kesalahpahaman dan kekerasan hati dalam mengampuni kesalahan.
       Cerita berawal dari Lani yang sulit memaafkan sikap lestari yang notabene sahabat karibnya. Lestari bermaksud baik kepada Lani, namun caranya yang sulit diterima oleh hati dan akal sang sahabat. Lestari seolah merebut kekasih hati Lani yang bernama Andry, yang bukan cuma bintang basket tapi juga memiliki sosok tampan yang menjadi pujaan tiap siswi di sekolahnya. Sayangnya Andry tak pernah serius dengan gadis manapun. Lestari ingin membuktikan Andry tidak serius menjalin hubungan dengan Lani dan tak pantas untuknya. Lestari terlalu takut Lani tersakiti oleh Andry. Hal tersebut terbukti ketika Andry tiba-tiba memutuskan Lani dan memilih Lestari. Lestari menerima Andry kemudian memutuskan hubungan dengannya, dengan maksud menunjukkan ketidakseriusan Andry. 
        Namun hal tersebut tidak dapat diterima begitu saja oleh Lani, hingga sejak kejadian itu persahabatan mereka seolah berakhir. Berbagai cara diupayakan Lestari untuk mendapatkan maaf dari Lani, dan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Tak terhitung sudah berapa banyak pesan singkat dengan ucapan permohonan maaf dan penjelasan yang sudah disampaikan Lestari, namun tak sempat dibaca Lani sudah segera menghapusnya. Khusus menjelang hari raya Idul Fitri, Lestari mengirimkan banyak kartu ucapan yang berisikan kata-kata “Tiada yang terindah kecuali maaf….” dengan ukiran mawar yang indah, Lestari tahu benar kesukaan Lani akan bunga mawar. Untuk kesekian kalinya kartu-kartu tersebut jatuh hanya di tempat sampah.
        Suatu ketika Lestari berniat mendatangi Lani secara langsung, ia berharap kedatangannya akan menyelesaikan masalah. Dihari yang sama, Lani menyadari sikapnya sudah keterlaluan, ia mulai ingin membuka hati dengan menerima penjelasan bahkan ingin memaafkan Lestari. Lani tak sabar ia ingin menulis pesan singkat untuk Lestari bahwa ia sudah mengampuninya, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi. Laila salah satu teman mereka mengabarkan Lestari mengalami kecelakaan ketika menuju ke rumah Lani. Mendengar hal tersebut Lani segera mendatangi rumah sakit Lestari dirawat. Lani memasuki ruangan, ia tertegun ketika melihat Lestari berada di pembaringan. Tubuhnya terbujur kaku dan ditutupi oleh kain putih hingga ke wajahnya. Lani terjatuh dalam penyesalan terbesar dalam hidupnya. Ia menyesal terlambat memaafkan Lestari bahkan kini ia yang terlambat meminta maaf kepada sahabatnya. Penyeselan untuk sebuah kata maaf.


BUDAYA MUDIK BUDAYA URBANISASI

           Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan. Beban yang paling berat yang dihadapi dalam mudik adalah penyediaan sistem transportasinya karena secara bersamaan jumlah masyarakat menggunakan angkutan umum atau kendaraan melalui jaringan jalan yang ada sehingga sering mengakibatkan pemakai perjalanan menghadapi kemacetan maupun penundaan perjalanan.
        Mudik telah datang seiring tutup bulan Ramadhan kali ini, tidak jauh-jauh dari pemandangan sebelumnya. Meskipun himpitan ekonomi semakin sempit, mudik masih saja diminati para perantau. Kenapa demikian, ya memang dari dulu sudah seperti itu kalau boleh dibilang ini sudah semacam budaya atau tradisi. Namun sebenarnya jika ditanya dalam hati para pemudik pastinya ada alasan penting selain sekadar budaya yang tercipta karena kebiasaan.

          Mudik boleh juga diartikan secara sederhana dengan sebuah proses untuk menelusuri dan mengikatkan diri kepada akar sosial kita. Entah seorang pejabat tinggi, direktor maupun pengusaha, ketika dirantau tetap saja terlihat seperti bukan siapa-siapa, tetapi dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara atau anak. Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi. 
          Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang rumah atau di samping meja kerjanya seperti yang dilakukan di Kota. Di kampung halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai kemanusiaan.
Ada yang menarik terlepas dari makna mudik, sebenarnya pemudik dari kota secara tidak langsung telah menjadi Duta Kota. Selama mudik, perilaku perantau telah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat desa. Orang-orang kota (perantau) secara tak sengaja akan memperkenalkannya ketika mudik. Misalnya, dering ponsel dimana-mana akan mengajarkan betapa pentingnya komunikasi langsung, secara cepat dan tanpa basa-basi. Mobil-mobil dengan berbagai gaya, ukuran dan simbol juga akan membawa banyak pengertian baru bagi mereka yang jauh di pelosok. Misalnya dengan melihat hal tersebut mereka bisa mengratikan hal tersebut sebagai arti sukses, tentang arti kerja keras, tetapi bisa pula tentang betapa telah tertinggalnya mereka.
          Bisa jadi orang-orang kota tersebut sangat ahli menceritakan bagaimana gaya hidup di kota yang begitu gemerlap. Sampai pada ukuran kesuksesan yang disimbolkan dengan merek jins buatan luar negeri seharga setengah kwintal beras mereka. 
          Setelah melalui musim mudik dan hari raya lebaran, tradisi yang kemudian terjadi dimasyarakat adalah musik urban atau urbanisasi. Menurut sebuah kamus urbanisasi adalah : perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan). Tidak bisa dielakkan perpindahan penduduk dari desa ke kota dalam skala besar cenderung terjadi setelah libur hari raya.
          Para pemudik yang pulang ke kampung halaman, cenderung mengisahkan keberhasilan hidup di kota atau mengajak sesama warga kampung untuk mencari pekerjaan di kota besar. Pendatang telah memikat penduduk desa yang rata-rata menghadapi problem keterbatasan lapangan kerja, seiring dengan makin langkanya areal pertanian. Tanah pertanian yang semakin sempit, tingkat pengangguran yang semakin naik, kemiskinan karena tidak tersedianya lapangan kerja di desa, pembangunan desa yang sangat lambat, menjadi pelengkap alasan kenapa bekerja di desa semakin tidak menarik.
          Ditambah lagi, ada sementara pemudik yang menghamburkan hasil kerjanya secara membabi buta. Ini jelas menampakkan kesan bahwa siapa saja yang mengadu peruntungannya di kota akan berhasil dan terhormat. 


          Disamping itu, beberapa suku di Indonesia menganggap tradisi merantau sebagai “budaya khas”. Singkat kata, alasan-alasan seperti ini yang menambah motivasi untuk segera melakukan eksodus ke kota.
          Akhirnya, urbanisasi menjadi “satu-satunya” pilihan untuk mengubah nasib. Sektor pertanian yang selama ini digelutinya, dianggap sudah ketinggalan zaman dan tidak prospektif lagi. Fenomena ini jelas membawa implikasi bagi peningkatan aktivitas sektor informal di perkotaan. Karena hanya sektor inilah yang dapat menjadi tumpuan harapan bagi kaum urban, terutama bagi yang tidak memiliki keterampilan. Ahasil, lonjakan urban lebih tinggi dari arus mudik. Pulang satu orang, kembali ke kota dengan dua, tiga, empat atau lima orang sekaligus.
Jakarta sebagai kota dengan tujuan urban pertama, tradisi ini mengakibatkan lonjakan penduduk dalam jumlah tinggi. Padahal tidak semua orang yang datang ke Jakarta memiliki keahlian yang memadai. Mereka sekedar mengadu nasib. Akibatnya, tidak sedikit yang justru menganggur dan menambah beban kota Jakarta yang telah penuh sesak.
           Untuk mengatasi masalah ini pemerintah DKI menerapkan razia KTP. Bagi penghuni Jakarta haruslah memiliki KTP Jakarta pula. Seberapa efektif langkah ini, banyak mengundang tanya masyarakat. Beberapa pihak yakin cara ini efektif, namun beberapa pihak bersikap skeptis bahwa peraturan tersebut tidak adil. Mereka mengaggap tidak adil karena membatasi kesempatan setiap orang untuk mengadu nasib atau bekerja di Jakarta. Mereka berpendapat Jakarta adalah milik bangsa Indonesia. Jadi, mereka merasa pemerintah tidak berhak melarang para pendatang untuk mengadu nasib di Ibu Kota ini.
          Dalam siaran dimedia Gubernur DKI Jakarta meminta pemudik untuk tidak membawa sanak saudaranya ke Jakarta setelah kembali dari kampung halaman pada Lebaran tahun ini. Ditegaskannya, himbauan ini bukanlah satu larangan membawa keluarga atau tetangga ke Jakarta. Tapi kalau tidak memenuhi persyaratan kependudukan, tentunya juga akan terkena tindakan saat operasi kependudukan digelar. Operasi kependudukan sendiri, akan dilakukan Pemda DKI dua minggu setelah lebaran. Operasi ini rutin kita lakukan, agar peningkatan penduduk bisa dikendalikan. Setiap pelanggar akan dipulangkan ke kampung halamannya. Selain itu, menurutnya, jumlah pemudik tahun ini mengalami kenaikan sebesar 10 persen ketimbang tahun sebelumnya.
          Lonjakan ini sudah diantisipasi dengan ketersediaan angkutan umum yang memadai. Terlebih lagi dengan adanya mudik bareng yang dilakukan korporasi yang dinilai cukup membantu.
          Jakarta akan tetap menjadi kota urban selama pemeretaan pembangunan dan pemerataan ekonomi di negara ini belum tercapai. Logikanya seperti ini; alasan bagi banyak orang urban adalah ingin meningkatkan kesejahteraan hidup. Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup adalah dengan bekerja dan berusaha. Mereka beranggapan bahwa ada banyak peluang bekerja dan berusaha di Jakarta. Maka wajar, jika orang "desa" masih beranggapan bahwa Jakarta ataupun kota-kota besar lain di Indonesia sebagai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Hanya saja, cita-cita meningkatkan kualitas hidup sebaiknya juga ditunjang oleh keahlian yang memadai, pemikiran matang dan mental yang kuat. Tanpa itu, rasanya merantau ke Jakarta hanya sekedar menambah jumlah penduduk. Maka, jika urbanisasi secara besar-besaran yang terjadi di Jakarta ini tidak diantisipasi lebih dini, berpotensi melahirkan persoalan-persoalan krusial seperti maraknya tindak kriminal, meledaknya pengangguran dan menjamurnya perkampungan kumuh.


KRISIS KEADILAN = KRISIS KEPERCAYAAN

       Dalam beberapa pekan belakangan ini masyarakat dijejali dengan berita yang cukup membuat resah dan penuh kontroversi. Kabar datang dari para petinggi negara yang penuh dengan skandal dan rekayasa. Dimulai dengan ditangkapnya pimpinan KPK, Antasari Azhar. Beliau diduga dalang dari pembunuhan seorang direktur. Kemudian disusul ditangkapnya dua wakil ketua KPK yaitu Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Bibit-Chandra diduga melakukan penyalahgunaan wewenang,pemerasan dan penyuapan oleh penyidik Kapolri. Menyikapi hal ini, Presiden membentuk tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum (tim 8) yang dipimpin anggota dewan pertimbangan Presiden, Adnan Buyung Nasution. Setelah diselidiki menurut tim 8 penyusunan berkas perkara Bibit-Chandra telah memenuhi syarat formalistik. Berita terbaru muncul dari mantan pejabat Kepolisian Wiliadi Wizard, bahwa ia ditekan oleh atasan dalam kepolisian bahwa ia harus merekayasa BAP penangkapan kasus Antasari dengan iming-iming ia tidak akan dipecat dan ia mengaku adanya tekanan dari atasan sebagai bentuk ancaman secara halus. Berita ini semakin membentuk argumen masyarakat bahwa memang benar adanya kriminalisasi KPK.
         Pada awalnya ini adalah sepenuhnya tugas pemerintah untuk mengwasi dan membrantas segala jenis tindak kekerasan, kejahatan, ketidakadilan yang terjadi termasuk korupsi di Indonesia. Namun sayangnya yang harus berperan sebagai penegak keadilan kadang justru menjadi aktor dalam tindak kecurangan yang terjadi.Yang lebih mengherankan bisa-bisanya para petinggi negara mau disutradarai oleh warga sipil, yang dalam hal ini contohnya Anggodo yang sebagai warga sipil justru membuat skenario hebat bagi pejabat untuk kepentingan pribadi. 
          Dalam kasus ini, miris rasanya sebagai warga sipil melihat dimana dua instansi pemerintah yang seharusnya bekerja sama dalam pembrantasan korupsi, justru malah saling menjatuhkan satu sama lain. Keprihatinan juga muncul dengan realita bahwa hukum bisa diperjualbelikan dan direkayasa sedemikian rupa sehingga bak alur sebuah cerita sinetron yang tak ada habisnya. Peristiwa ini menggambarkan sikap dan mental masyarakat yang mulai mentoleransi sikap tidak bermoral, ketidakjujuran dan rasa keadilan yang tidak terpenuhi. Sehingga, terciptalah krisis kepercayaan satu sama lain.
       Ketika semua dinilai dari apa yang hanya tampak oleh mata, kemanakah besarnya nilai sebuah rasa yang diukur oleh hati manusia. Ketika semua diukur oleh materi, kemanakah rasa keadilan yang tak terpenuhi.