Selasa, 05 Januari 2010

Gunung Gede Halimun

Sore itu aku dan keluarga dikunjungi oleh keluarga om Agus dan keluarga om Darman yang notabene adalah temen-teman ayah aku. Hari itu tiba-tiba kami diajak berekreasi tanpa aku tahu akan diajak kemana,mereka bilang kejutan. Sempat terpikir oleh aku kita akan menghabiskan waktu di villa atau puncak atau tempat sejenisnyalah. Namun, pikiran itu salah setelah wilayah tersebut dilewati. Tanpa aku tahu mau kemana dan jalan apa yang dilewati sampailah pada suatu tempat yang dingin sekali sampai aku dan yang lainnya mengeluarkan asap ketika kami berbicara.

Om Agus memang pecinta travel, ia sangat senang mengunjungi tempa-tempat wisata dan tempat yang ia pilih selalu menarik. Malam itu ia menyewa satu rumah, entah disebut apa namanya mungkin pemondokan hanya tak terlalu layak mungkin hanya ada satu tempat itu. Disana tidak ada fasilitas untuk kami menghangatkan badan namun cukup aman untuk kami beristirahat. Semakin bertambahnya waktu semakin dingin, sangat tajam terasa dikulit. Saat itu Gatis, Eja dan Yosia sangat tak nyaman mereka adalah anak-anak dari om Ginting. Khususnya Eja ia sangat rentan sekali terhadap penyakit tapi untunglah saat itu tidak ada yang parah.

Waktu menunjukan pukul 12 malam aku dan teman aku yaitu, Yani dan Nina melihat keluar taman. Indahnya langit aku pandangi bintang saat itu terlihat jelas sambil duduk berayun-ayun. “Wah susananya romantis yah..” ucap yani sambil tersenyum. Tak terasa waktu menunjukan pukul 04 dini hari, suara om Agus berteriak dari kejauhan ”Anak-anak ayo kita pergi…!”. Kami bergegas pergi namun tidak semuanya ikut mamaku, tante Tuti istri om Agus, dan tante Marni istri dari om Darman memilih tinggal dirumah pemondokan tersebut, dengan keibuan mereka menjaga para balita.

Kami pergi menggunakan mobil, jalan begitu terjal sampai akhirnya berhenti didekat sebuah gubuk. Aku dan yang lainnya turun dan ternyata ini adalah puncak kebun teh aku melihat benda-benda langit sangat jelas. Dan yang sungguh sangat menarik adalah munculnya sang fajar yang begitu mempesona, aku sangat takjub. Fajar semakin terang dan semua semakin terlihat jelas akhirnya aku tau dimana aku sedang berada di Gunug Gede Halimun, Sukabumi.

Kami beserta yang lain memutuskan turun dan menjemput ibu-ibu beserta anak-anak yang berada dipemondokan untuk ikut bersama kami ke air terjun. Jarak yang kami tempuh cukup jauh dan melelahkan, kami harus berjalan 3 km untuk sampai ke tempat tersebut dan begitu pula untuk kembali pulang.

Selama perjalanan Gatis sangat menikmati indahnya alam, ia sangat menanti-nantikan indahnya air terjun. Berbeda dengan Eja, sesekali ia bertanya ”pah…kapan sampainya sih pah?” dan om Ginting menjawab ”sabar ya nak kita sebentar lagi sampai ko”. Tiba-tiba eja menyanyi  “perjalanan ini terasa sangat meletihkan…”. Serentak kami pun tertawa lepas. “Wah eja..ternyta kamu tau lagu ebit G.Ade toh…hahahhaha” seru om Agus. Lain cerita dengan Yosia yang hanya tidur selama perjalanan.

Aku pribadi sangat senang dengan perjalanan ini setapak demi setapak dilalui bersama keluarga dan rekan, melihat indahnya ciptaan Tuhan yang indah, sering terdengar suara kicauan burung-burung. Semakin dilalui tanjakan-tanjakan tinggi tenaga kami berkurang kami mulai mengeluh dengan perjalanan ini. Jalan yang kami lewati makin tidak bersahabat, berbatuan dan curam dan tiba-tiba ”aduh…pah…!” terdengar suara merintih itu, ternyata tante Tuti terpeleset dan jatuh walau tak parah namun cukup sulit dan sakit.

Saat itu kami sempat bingung apa yang harus kami lakukan entah barapa lama lagi kami sampai, tapi untuk kembalipun tak memungkinkan kami. Bayangkan tante Tuti harus mendapat bantuan dari om Agus dan Nina sebagai suami dan anaknya, mereka mencoba untuk memapahnya.

Seraya kami berjalan tiba-tiba suara tante Marni menjerit, seketika hati aku berkata ”ya Allah..ada apalagi ini”. Ternyata tante Marni melihat ada lintah menempel di celana suaminya yang padahal om Darman saat itu sedang menggendong Yosia. Tampak wajah khawatir dan panik di wajah masing-masing. Untung saja cepat kami atasi.

Semakin berjalan aku mendengar suara air menggemuruh, semakin lama semakin kuat dan semakin kuat juga derap langkah kami tak lama kemudian “Akhirnya tiba juga !!!” seru Nina. Aku, Nina dan Yani bergegas mengganti pakaian. ”wow..dinginnya” kata Yani. Ya air terjun dihadapan kami, indah, sejuk dan menyegarkan. Melihatnya bagaikan oase bagi kami.

Seketika terlupa segala kesulitan yang kami dapatkan selama perjalanan namun tiba-tiba terdengar lagi jeritan ”mama…..!!!!!!!!” kini suara itu terlontar dari Eja ternyata ia tak kuat menahan dinginnya air terjun dan ia terpeleset. Saat itu keadaan sedikit membingungkan namun kerjasama keluarga kami, semua itu dapat diatasi.

Karena sudah cukup sore oleh penjaga tempat tersebut menyarankan agar kami cepat pergi dari tempat air terjun tersebut “Bapak-bapak dan Ibu-ibu harap segera meninggalkan tempat ini karena kalau tidak akan ada binatang buas yang keluar” komando sang penjaga.

Saat itu juga kami segera berkemas dan meninggalkan tempat itu,dan kembali menyusuri jalan yang curam dan terjal. Kami pulang dengan penuh lelah dan sukacita telah menikmati ciptaan tuhan yang mempesona bersama keluarga dan rekan. Ini menjadi pengalaman pribadi yang paling mengasyikan bagi aku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar