Selasa, 05 Januari 2010

Resensi Novel

                                          CINTA TULUS SEORANG UPIK

Jadwal Buku : Sepolos Cinta Dini

Pengarang    : Mira W

Penerbit      : Gramedia, September 2002

Tebal Buku   : 160 Halaman; 18cm

Harga Buku   : Rp 25.000


Mira W adalah seorang pengarang novel yang terkenal di Indonesia. Disamping itu beliau adalah seorang dokter dan seorang staf pengajar di perguruan tinggi Jakarta. Dua puluh sembilan tahun silam tepatnya pada tahun 1975 beliau memulai karierya sebagai penulis cerpen. Pada tahun kedua (1977) cerpen-cerpen yang telah ditulisnya mulai dimuat di majalah-majalah. Hingga sampailah pada awal dikeluarkannya novel pertamanya yang berjudul “Dokter Nona Friska”, kemudian pada tahub 1981 diluncurkan dalam bentuk film. Karyanya yang kedua dikeluarkan pada tahun 1978 dengan buku yang berjudul “Sepolos Cinta Dini”. Dalam tahum-tahun berikutnya ia terus berkarya dan karyanya pun banyak difilmkan sampai saat ini.

Dalam karyanya yang terdapat pada novel “Sepolos Cinta Dini” ini, dimana pengarang menceritakan ketulusan dan kepolosan cinta yang dimiliki seorang gadis sederhana yang bernama Dini yang menyukai pria bernama lengkap Aries Andika atau lebih dikenal dengan panggilan Boy. Mengapa ia mendapatkan julukkan Boy? Panggilan tersebut setingkat dengan talenta yang dimilikinya karena ia adalah pria yang top, kaya, tampan dan digandrungi para teman-teman gadisnya, sehingga tidak salah jika teman-teman pria di Universitas Kedokteran tersebut memberi julukkan Boy yang asal katanya ‘crossboy’ atau ‘playboy’. Kenapa tidak, didalam buku ini dipaparkan bahwa Boy memiliki hubungan dengan empat wanita sekaligus, salah satunya Dini. Lalu gadis-gadis lain? Ya! Memang jauh lebih baik dari Dini contoh saja Nuning, iaseorang mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi(FKG) yang cantik, agresif, termasuk gadis popular di kampusnya. Adapula gadis incaran Boy yang  lain yaitu Atiek, ia adalah gadis yang manis, lemah lembut, dan perasa. Dan tak ketinggalan Dewi pacar lamanya atau yang dapat dikatakan dialah cinta pertama Boy, seorang gadis yang cantik jelita, ambisius, cerdas, bintang film yang sukses, dan gadis yang pernah meninggalkan Boy.

Pertemuan Boy dan Dini dimulai ketika Boy pulang bersama pacarnya Nuning, karena hujan yang begitu deras mereka hendak berteduh, satu-satunya tempat yang tepat ialah halte bis yang sayangnya cukup gelap dan cukup rawan dari penodong. Dalam kegelapan malan dan hanya diterangi lampu jalan yang redup disudut tempat yang tak luas itu Boy melihat gadis lugu, muda, dan cantik, walaupun wajahnya yang polo situ tak teroles make-up seperti teman-teman kampusnya. Ketika firasat yang tak enak telah dirasakan Boy sejak tadi benar-benar terjadi, ia mencoba menolong gadis itu dari cengkraman pria-pria yang telah memiliki tingkah tak baik, mereka mencoba merampah satu-satunya barang yang dibawa oleh sang gadis. Walaupun akhirnya Boy terluka ia tetap berniat baik untuk mengantarkan gadis itu pulang. Namun setelah ditanya dimana rumahnya gadis itu hanya mengatakan jauh, ya.. ternyata memang benar ia berdomisili di Sumedang – Jawa Barat. Karena kasihan dan penasaran terhadap sang gadis Boy membawanya pulang walaupun sebelumnya ia harus berupaya membujuknya.

Setelah sampai dirumah Boy tahu ia benama Dini, ia datang ke Jakarta hendak mencari kakak dan pamannya karena setelah bapaknya masuk penjara beberapa tahun kemudian ibunya meninggal dan ia tinggal bersama neneknya, kini neneknya pun sudah menginggal. Dan ternyata sesampainya di Jakarta kakak dan pamannya telah pindah rumah, karena sebegitu malangnya gadis ini, Boy lebih suka memanggilnya Upik. Upik mulai bekerja dirumah Boy bersama Mang Ujang dan Bi Iyem. Selama Dini tinggal dirumah, Boy selalu pulang cepat, ia juga lebih sering makan dirumah ketimbang dahulu.

Saat dihadapkan dengan masalah ayahanda karena tidak lulus ujian dan Dini sudag tak bersamanya apalagi wanita yang dicintainya yaitu Dewi yang telah kembali dari luar negeri sekali lagi meninggalkannya karena alasan sebuah cita-cita belaka. Boy putus asa ia mencoba menelan pil penenang, namun sebelum meminum pik-pil  penenang ia teringan akan ucapan Dini bahwa sebenarnya Boy tak lebih dari orang bodoh, penakut dan tak memiliki apa-apa kecuali kesombongannya. Akhirnya Noy memutuskan meminta maaf kepada bapaknya dan berupaya memperbaiki sikapnya, disamping itu ia mulai merasakan bahwa ia membutuhkan orang yang selama ini mengerti dirinya, selalu ada baik disaat susah maupun senang. Ya.. ia membutuhkan Upik. Ia juga teringat saat Boy hendak mencium Dini, ia merasakan bahwa Dini benar-benar berbeda dengan gadis-gadis dikampusnya yang dengan sukarela melakukan hal itu apalagi pada pria setampan Boy, namun perlakuan berbeda diterimanya, karena Dini menampar pipinya. Upik terus mempertahankan kemurniannya. Dia benar-benar upik yang polos, yang memiliki kecantikan alamiah yang berasal dari tubuh batiniahnya.Boy pun mulai menyadari bahwa ia menyayangi Dini, Boy berupaya segera menemui Dini. Ternyata sesampainya disana Dini hendak bersiap pergi kembali ke kampong halamannya karena ia telah menemukan kakak dan pamannya, disamping itu ayahnya yang dipenjarakan karena ketidakadilan sudah dibebaskan. Boy segera mengejar Dini, ia berlari sekuat mungkin hingga menabrak Dini samapi terjatuh ke sebuah kolam ikan, dan ternyata gadis mungil itu tidak bisa berenang Boy mencoba menggapainya dalam air. Dan Boy melamar DIni, “MAukah kau kawin denganku?” (hal.159), dan Dini menerima lamaran pria yang sebenarnya selama ini ia sayangi, walaupun dalam keadaan terengah-engah karena ia sudah hamper tenggelam dan basah kuyup.

Didalam karya sastra yang berjudul “Sepolos Cinta Dini” ini pengarang menggunakan alur yang bervariasi, walaupun begitu gaya bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang dapat mudah dimengerti oleh pembaca, dan ini adalah unsur menarik karena setiap pengarang akan memberikan gaya bahasa yang berbeda-beda pada setiap hasil karyanya, sebagai cirri khas dari pengarang masing-masing. Didalam novel ini juga kita akan temukan beberapa kata yang masih menggunakan bahasa kurang baku, jelas saja karena buku ini adalah cetakkan kesepuluh dan itu berarti buku ini telah dibuat cukup lama dan benar-benar mencapai hati para pembaca sehingga buku ini diminati oleh masyarakat.

Lewat karya ini sang pengarang memberikan amanat dimana sebagai seorang wanita ridak selalu harus mengutamakan kecantikan lahiriah tetapi menguatamakan batiniah, karena dari sikap, tindakan dan tutur kata kita sesorang dapat menyukai atau justru membenci diri kita. Dan jika dilihat dari unsure moral hal ini juga dapat menjadi pelajaran bahwa kita perlu menjaga kemurnian fisik maupun hati.

Saya rasa cerita ini menarik dan memiliki makna-makna yang dapat kita ambil sebagai nilai positif bagi kehidupan, maka sangat sayang jika ditinggalkan dan kami rasa tidak keliru jika Anda memiliki buku ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar