Rabu, 26 Mei 2010

Apakah Saya Sudah Siap Menikah?

PERNIKAHAN bukan sebuah permainan. Pencipta bermaksud agar suami dan istri menempa ikatan yang permanen, yang lebih akrab daripada hubungan dengan siapapun juga. Jadi, teman hidup dalam perkawinan adalah seseorang yang akan tetap saling berdampingan dengan anda, untuk seterusnya dalam kehidupan kita Mengapa begitu banyak perkawinan remaja gagal? Jawabannya mungkin sangat erat hubungannya dengan pertanyaan apakah anda sudah siap untuk pernikahan atau belum.

Banyak remaja memupuk pandangan yang tidak matang seperti itu mengenai pernikahan. Mereka membayangkannya sebagai impian yang romantis. Atau mereka cepat-cepat kawin karena menginginkan status yang kelihatan dewasa, yang lain-lain lagi sekedar ingin lari dari keadaan yang tidak menyenangkan di rumah, di sekolah, atau di lingkungan tempat tinggal. Tetapi pernikahan bukan impian atau obat mujarab untuk setiap problem.

Pernikahan justru memperkenalkan sekumpulan problem yang sama sekali baru. Misalnya banyak pendapat keliru yang begitu umum di kalangan pria-pria muda: Mereka berpikir bahwa sebagai suami, mereka masih dapat mengikuti gaya hidup pria-pria lajang. Masalah faktor lain yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam perkawinan pasangan-pasangan yang kawin muda adalah uang. Problem uang umum di antara kaum remaja, sebab mereka sering termasuk dalam angka pengangguran paling tinggi dan mendapat upah paling rendah. Karena tidak membuat cukup persiapan, banyak suami muda dewasa ini merasakan peranan sebagai penyedia kebutuhan keluarga sangat berat.

Maka, bukankah masuk akal untuk memeriksa diri sebelum kamu memulai sesuatu yang serius seperti sumpah pernikahan? Apa sebenarnya tujuan kamu dalam kehidupan? Bagaimana pengaruh perkawinan atas tujuan ini? Apakah kamu mau menikah hanya untuk mengalami hubungan seks atau melarikan diri dari kesulitan?

Juga, seberapa siapkah kamu untuk melaksanakan peranan sebagai suami atau istri? Apakah kamu sanggup mengelola rumah tangga atau mencari nafkah? Jika selama ini kamu ternyata selalu berselisih dengan orang-tua, apakah kamu akan sanggup bergaul serasi dengan seorang teman hidup? Dapatkah kamu menghadapi ujian dan kesusahan yang menyertai perkawinan? Apakah kamu benar-benar telah meninggalkan “sifat kanak-kanak” sehubungan dengan penggunaan uang? Pastilah orang-tua kita dapat memberi banyak keterangan mengenai seberapa jauh kamu memenuhi syarat.

Perkawinan bisa menjadi sumber kebahagiaan yang limpah atau kepedihan yang paling pahit. Banyak bergantung pada seberapa siap kamu menghadapinya. Jika kamu masih remaja, bukankah sebaiknya menunggu dulu sebelum kamu mulai berkencan? Menunggu tidak akan merugikan diri kita. Justru kita akan mendapat cukup waktu yang perlu untuk benar-benar siap apabila kita mengambil langkah menuju perkawinan yang demikian serius—dan permanen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar