Rabu, 26 Mei 2010

Rokok Sang Sahabat Palsu

Anda mempunyai “sahabat” yang Anda kenal semasa muda. Ia membuat Anda merasa lebih dewasa dan sepertinya membantu Anda diterima oleh teman-teman Anda. Saat stress, Anda selalu bisa berpaing kepadanya untuk mendapatkan “kelegaan”. Anda benar-benar sudah bergantung kepadanya dalam banyak situasi. Tetapi belakangan, Anda mengetahui sisi gelapnya. Ia menuntut agar ia selalu menemani Anda, bahkan jika hal ini membeuat Anda tidak boleh memasuki tempattempat tertentu. Dan, meskipun ia mungkin membuat Anda merasa lebih dewasa, ia meluka hal itu dengan mengorbankan kesehatan Anda. Lebih parahnya, ia mencuri sebagian gaji Anda. Akhir-akhir ini, Anda berusaha memutuskan persahabatan, tetapi dia tidak mau. Bisa dikatakan, ia sudah menjadi majikan Anda. Seperti itulah persahabatan yang terjalin anatara banyak perokok dan tembakau.

MEROKOK bukanlah pilihan bijaksana bagi orang-orang yang ingin panjang umur dan berbahagia. Kemungkinan seorang perokok jangka panjang direnggut kehidupannya oleh tembakau adalah 1 banding 2. Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ”Rokok adalah . . . produk yang dirancang dengan cerdik untuk menyalurkan nikotin dalam kadar yang cukup sehingga penggunanya senantiasa kecanduan seumur hidup sebelum tewas olehnya.”

Salah satu alasan untuk berhenti merokok adalah karena rokok membahayakan kesehatan dan kehidupan. Tentu saja, seseorang mungkin telah merokok selama bertahun-tahun sebelum terserang salah satu penyakit ini. Sementara itu, merokok tidak membuat seseorang tampak lebih menarik. Iklan melukiskan bahwa merokok itu mewah dan sehat. Kenyataannya sangat berbeda. Merokok membuat napas tak sedap, dan gigi serta jari menjadi cokelat kekuningan. Bagi pria, rokok dapat mengakibatkan impotensi. Juga menyebabkan batuk dan napas terengah-engah. Selain itu, para perokok cenderung lebih cepat mengalami kerutan di wajah dan problem kulit lainnya.

Merokok mencelakakan orang lain. Dulu, seorang perokok bisa seenaknya menyalakan rokok tanpa ada yang berkeberatan. Tetapi, sikap orang-orang mulai berubah karena semakin banyak orang memahami bahayanya mengisap asap rokok orang lain.

Berhenti merokok memang sulit—bahkan bagi orang-orang yang bermotivasi tinggi. Alasan utamanya karena nikotin dalam tembakau adalah obat bius yang sangat mencandu. ”Dalam urutan sifat adiktif obat-obat psikotropika, nikotin terbukti lebih adiktif daripada heroin [dan] kokain,” kata WHO. Pengaruh nikotin tidak sedramatis heroin dan kokain, sehingga gampang disepelekan. Namun, perasaan euforia ringan yang dihasilkannya membuat orang-orang terus merokok agar dapat merasakannya lagi berulang-ulang. Nikotin memang mengubah suasana hati Anda; melipur kekhawatiran. Akan tetapi, rokok sebenarnya hanya mengurangi ketegangan yang justru dihasilkan oleh kecanduan nikotin itu sendiri.

Berhenti merokok juga sulit karena itu merupakan kebiasaan yang menjadi pola perilaku. Selain kecanduan nikotin, para perokok mengembangkan kebiasaan menyalakan rokok dan mengembuskan asapnya.

Faktor lain yang mempersulit untuk berhenti adalah karena tembakau telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Industri tembakau mengeluarkan hampir enam miliar dolar setiap tahun untuk kampanye iklan yang melukiskan para perokok sebagai orang-orang yang mewah, aktif, sehat, dan cerdas. Tembakau dijual secara resmi dan tersedia hampir di mana saja. Kebanyakan dari kita selalu berada di dekat perokok. Anda tidak dapat lari dari pengaruhnya.

Untuk berhasil menghentikan kebiasaan ini, seseorang harus punya motivasi dan dibutuhkan komitmen yang kuat untuk waktu yang lama. Si perokok bertanggung jawab untuk berhasil.

Katakanlah Anda seorang perokok jangka panjang. Apa manfaatnya bila Anda berhenti? Menurut majalah Sedarlah! Terbitan 22 Maret 2000 “Dua puluh menit setelah Anda berhenti merokok, tekanan darah Anda turun hingga normal. Seminggu kemudian, tubuh Anda bebas dari nikotin. Sebulan kemudian, berkuranglah batuk, hidung tersumbat, rasa lelah, dan napas terengah-engah. Setelah lima tahun, risiko Anda meninggal karena kanker paru pun merosot hingga 50 persen. Setelah 15 tahun, risiko Anda terkena penyakit jantung koroner merosot hingga setara dengan risiko orang yang sama sekali belum pernah merokok.”

Makanan yang Anda santap terasa lebih nikmat. Napas, tubuh, dan pakaian Anda tidak akan berbau tak sedap. Anda tidak perlu lagi repot membeli tembakau. Anda merasakan kepuasan. Jika Anda punya anak-an ak, teladan Anda akan mengurangi kemungkinan mereka menjadi calon perokok. Kemungkinan besar, Anda akan hidup lebih lama.

Jangan merasa sudah terlambat untuk berhenti; semakin cepat Anda berhenti, semakin baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar