Rabu, 26 Mei 2010

Bagaimana dengan Seks Pranikah?

‘JIKA kami saling mengasihi, apakah boleh? Atau apakah kami harus menunggu sampai sudah menikah?’ ‘Saya masih perawan. Apakah ada sesuatu yang salah dengan saya?’ Banyak sekali pertanyaan seperti itu diajukan di kalangan kaum remaja. ‘Dan mengapa tidak?’ anda mungkin bertanya.

Bagaimanapun juga, ingin merasa dicintai adalah suatu hal yang sangat wajar. Dan pada waktu masih muda, hawa nafsu anda dapat begitu kuat sehingga mengalihkan konsentrasi. Selain itu, ada pula pengaruh dari teman-teman sebaya. Mereka mungkin memberi tahu bahwa seks pranikah itu menyenangkan dan bahwa bila kamu benar-benar menyukai seseorang, wajar sekali jika kamu ingin bermesraan. Beberapa mungkin bahkan mengatakan bahwa hubungan seks akan membuktikan kejantanan atau kewanitaan. Karena tidak ingin dianggap lain dari yang lain, kamu mungkin akan merasa mendapat tekanan untuk mencoba hubungan seks.

Namun yang perlu diingat bagaimana akibat setelahnya? Salah satu akibat yang mungkin timbul setelah itu ialah penyakit yang ditularkan melalui seks. Bayangkan betapa menyedihkan jika bertahun-tahun kemudian seseorang mengetahui bahwa pengalaman seksualnya telah menimbulkan kerugian yang tak dapat diperbaiki, mungkin kemandulan atau problem kesehatan yang serius! Akibat dari seks pranikah juga adalah anak-anak yang tidak sah, aborsi, dan perkawinan sebelum waktunya—masing-masing dengan akibatnya yang menyakitkan hati. Ya, seseorang yang mengadakan hubungan seks pranikah, benar-benar “berbuat dosa terhadap tubuhnya sendiri.”

Banyak remaja selanjutnya mendapati bahwa seks pranikah sangat mengecewakan. Akibatnya? Perasaan bersalah dan berkurangnya harga diri. Setelah suatu pasangan mengadakan hubungan gelap, mereka sering memandang satu sama lain dengan perasaan yang berbeda daripada sebelumnya. Seorang anak laki-laki mungkin mendapati bahwa perasaannya terhadap gadis itu tidak sehebat semula; ia mungkin bahkan mendapati gadis itu kurang menarik. Kasih yang membina hubungan yang bertahan lama tidak didasarkan pada nafsu yang buta.

‘Namun bagaimana suatu pasangan dapat mengenal satu sama lain dengan baik jika mereka tidak mengadakan hubungan seks?’ beberapa remaja bertanya dalam hati. Seks saja tidak dapat membentuk hubungan yang abadi. Bila suatu pasangan menggunakan waktu mereka dengan mencurahkan banyak pernyataan kasih sayang terhadap satu sama lain, komunikasi yang berarti akan terhenti. Jadi mereka mungkin akan mengabaikan perbedaan-perbedaan serius yang dapat timbul kembali setelah perkawinan.

Mereka yang menunggu sampai menikah juga menikmati ketentraman pikiran, Meskipun demikian, tetap perawan pada zaman ini sama sekali tidak mudah. Tetapi yakin Tetapi, menjaga diri tetap perawan tidak hanya membantu seorang remaja menghindari akibat-akibat yang mengerikan, hal ini juga akan membantu kita membia kemesraan yang lebih lama dengan pasangan yang kamu kasihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar